Tuesday, January 17, 2012

Cerpen - Kasih Tak Terungkap

Aku terbangun dari tidur lelapku. Akhirnya sampai juga di rumah Nenek, gumamku dalam hati sambil membenarkan tatanan rambutku yang berantakan. Tubuhku terasa sangat pegal. Tentu saja, perjalanan yang memakan hampir 30 jam antara Depok-Surabaya dengan mobil sangat melelahkan. Sebenarnya tidak selama itu jika berangkat di hari biasa. Maklum saja, perjalanan ini sangat lama karena sesaknya jalan dengan para pemudik saat lebaran kali ini.
 
"Wah, cucu nenek sudah besar ya, tambah cantik!", ujar nenek dengan riang sembari menciumi kedua pipiku sesaat setelah aku mencium tangannya. Aku hanya tersenyum dan segera menuju kamar yang telah dipersiapkan. Lelah sangat mendekapku, namun di balik lelah ini sebenarnya aku sangat bahagia. Ya, aku begitu gembira karena aku mendengar obrolan orangtua dengan nenekku yang berkata bahwa kami akan mengunjungi salah satu saudara kami di daerah Malang. Kebetulan kami memang sudah lama tidak berjumpa sekitar 3 tahun. Tapi yang membuatku senang bukan karena akan bertemu dan bercengkrama dengan keluarga saja, tapi juga karena akan bertemu dengan seseorang yang aku sukai sedari dulu, kak Arya.

Dia adalah sepupuku yang berusia sekitar 5 tahun lebih tua dariku. Dia adalah anak pertama dari 3 bersaudara. Terakhir aku berjumpa dengannya saat dia masih kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Malang. Sifatnya yang dewasa dan selalu perhatian, mampu membuatku merasa tertarik kepadanya. Apalagi senyumannya, aih.. Mampu membuatku terdiam kaku untuk beberapa saat. Hal yang menyenangkan yang aku paling ingat adalah saat dia memainkan gitar sambil menyanyikan lagu Sephia-nya Sheila On 7. Itu pertama kalinya aku mengenal band tersebut dan itulah alasanku menyukai semua lagunya.

Setelah sejenak tersenyum-senyum sendiri, aku pun terlelap kembali dalam balutan selimut yang hangat.

˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙

Pagi ini aku tiba di rumah kak Arya. Segera setelah merapikan baju, aku melihat ke kaca jendela sejenak dan memastikan aku mempunyai senyum terindah saat itu.

"Wah waaah, warga Depok akhirnya datang juga ya. Ayo sini, sini masuk. Maaf nih, rumahnya agak kecil, berantakan pula," ujar seorang wanita yang menyambut kami bersama seorang pria sesaat ayah memarkirkan mobil di pekarangan rumahnya. Mereka adalah orangtua kak Arya. Ibunya merangkulku dan mengajakku masuk, diikuti keluargaku dari belakang.

Setelah bersalaman dengan para anggota keluarga yang lain, aku menyusuri sudut ruang tamu sambil memperhatikan tiap figura foto yang berada di tiap sudut ruangan itu. Namun mataku tertuju pada salah satu foto yang lumayan besar yang terletak di atas salah satu meja. Disitu ada sosok pria dan wanita yang sedang berada di sebuah taman, sambil berpegangan tangan. Ya, itulah kak Arya tapi aku tidak tahu siapa wanita itu, mungkin pacarnya. Ah.. Aku benar-benar merasa sedih.. Tapi rasanya tak ingin melepas pandanganku dari sosoknya, meski hanya dalam foto. Setidaknya ini meredam kekecewaanku karena tak bertemu dengannya saat ini sebab ia sedang dinas ke luar kota dan inilah alasan aku tidak bisa melihat dirinya.

˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙

"Hah.. Masa sih?", ujarku keheranan. Rasanya seperti disambar petir di siang hari. Aku benar-benar tidak percaya apa yang aku dengar selama perjalanan pulang dari Malang. Ibu bercerita bahwa kak Arya sudah menikah setahun yang lalu dan dikarunia seorang bayi perempuan. Pantas saja foto itu selalu teringat dalam pikiranku. Tapi yang membuatku kaget bukan hanya itu, fakta terparahnya adalah kak Arya menderita leukimia dan gagal ginjal! Aku mencengkram ujung bajuku dengan kuat dan menahan untuk tidak menangis. Kalau aku menangis, pasti orangtuaku akan mengetahui apa yang aku rasakan selama ini.

Sakit, hati ini terasa sangat sakit. Entahlah.. Aku merasa sakit tapi aku tidak tahu apa yang sebetulnya menyebabkan perasaan sakit ini, apakah karena ia telah menikah atau karena ia sedang menderita karena penyakitnya.. Tapi yang pasti, saat itu aku benar-benar masih tidak percaya apa yang aku dengar barusan.


˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙

Setahun kemudian aku kembali ke Malang saat hari lebaran. Ini benar-benar momen yang aku tunggu karena kabarnya dia beserta keluarganya akan datang ke rumah nenekku. Aku merasa senang walaupun di saat yang sama aku merasa gugup. Aku sengaja menunggu di depan rumah agar menjadi yang pertama melihat kedatangannya.


Ah, apa itu ya mobilnya, tanyaku dalam hati saat melihat mobil Xenia biru memasuki pekarangan rumah nenekku. Ternyata benar, akhirnya mereka datang. Aku melihatnya dari balik kaca jendela sedang mengendarai mobil tersebut.

Sesaat setelah memarkirkan mobilnya di bawah pohon rambutan samping rumah nenek, dia keluar dari mbil diikuti rombongan keluarganya. Dia datang dengan memakai kemeja biru dan celana panjang hitam. Tubuhnya sangat kurus dan mukanya pucat. Masih jelas dalam ingatanku saat aku kecil dia pernah memintaku untuk memasangkan kancing kemejanya. Aku tahu ia bercanda tapi maklum saat itu aku merasa senang dan segera naik ke atas kursi untuk memasangkan kemejanya karena dia lebih tinggi 2 kali dariku. Sekarang dia benar-benar berubah, lebih tampan dari yang lalu.

"Selamat datang. Ayo, masuk!", ujar keluargaku hampir bebarengan saat keluar menyambut mereka. Aku melihatnya tersenyum gembira sambil menggenggam jemari kecil putrinya yang berjalan tertatih-tatih di tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya dipegang erat oleh istrinya. Yang aku lakukan hanya memandanginya dari kejauhan setelah bersalaman dengannya. Itu karena istri dan anaknya selalu berada di sisinya. Uh.. Setidaknya saat ini lebih baik dari lebaran kemarin karena aku bisa memandangi wajahnya lebih lama, ujarku berbisik.

˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙

Sesaat setelah sampai di rumah dari Surabaya, aku segera merapikan kamar dan bersiap-siap untuk tidur. Betapa kagetnya saat ada pesan singkat dari sepupuku masuk ke ponselku yang berisi,
Achi.. Berita duka untuk semua keluarga besar kita. Sosok yang begitu dewasa, shaleh dan penyayang itu meninggalkan kita selamanya. Ya.. Kak Arya telah meninggal bada' subuh tadi dalam perjalanan ke rumah sakit. Mohon doa semoga almarhum diterima amal ibadahnya di sisi Allah SWT. Tolong kabari keluargamu ya..
Berkali-kali aku membaca sms itu namun tetap saja tidak ada perubahan kata dalam sms itu. Aku terdiam. Tidak terasa tetes mata mengalir dari tiap sudut mataku. Aku merasakan sakit di hatiku. Sangat sakit. Lalu tanpa sengaja aku berucap,
Selamat tinggal kasih tak terungkap..
˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙

2 comments: