Friday, January 6, 2012

Kurangnya Kesadaran Generasi Muda Terhadap Budaya Tradisional dan Solusi Pemecahannya


Tidak terkendalinya aksi imoral yang dilakukan para generasi muda serta pudarnya nilai-nilai budaya tradisional yang dulu dipegang teguh oleh para tetua, cukup memprihatinkan dan mengkhawatirkan. Berbagai faktor menyebabkan generasi muda Indonesia mulai melupakan nilai-nilai tersebut dan penyebab utamanya yaitu masuknya budaya asing dalam kehidupan masyarakat tanpa adanya filterisasi secara seksama.

Pesatnya perkembangan jaman yang disertai perkembangan IPTEK ternyata tidak selamanya menguntungkan bangsa. Melalui inilah budaya asing mulai menyisip masuk dan mengolah cara pikir masyarakat, salah satu target terbesarnya adalah generasi muda. Pemerintah dan generasi muda seharusnya dapat memilih dan memilah sendiri mana yang seharusnya ditinggalkan dan mana yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan, terutama dalam kebudayaan lokal.

Realita sekarang menunjukkan para generasi muda lebih memilih budaya asing disebabkan kurangnya perhatian dari masyarakat untuk terus mempertahankan nilai-nilai tradisional dalam kehidupan. Pendapat yang menyatakan bahwa budaya tradisional dianggap kolot seakan disetujui oleh sebagian besar masyarakat. Inilah yang mengikis budaya tradisional da akhirnya malah dilupakan oleh masyarakat.

Contoh yang dapat kita lihat adalah dari segi berpakaian. Umumnya, generasi muda saat ini lebih mengutamakan kemewahan yang nantinya dapat menunjukkan status social atau kasta mereka masing-masing. Atau contoh lainnya, merebaknya penggunaan internet yang justru dipergunakan sebagai transaksi illegal maupun situs porno yang akibatnya bisa merusak generasi kita. Tidak hanya itu, di berbagai sekolah pun sudah mulai mengganti kegiatan ekstrakurikuler gamelan menjadi ekstrakurikuler band. Juga di saluran televise nasional mulai menghentikan pertunjukan wayang kulit menjadi pertunjukan musik modern. Walaupun begitu, ada juga yang memodernisasikannya dengan kemunculan komedi tradisional modern, misalnya Opera Van Java.

Padahal jika kita menelusuri lebih lanjut, budaya tradisional Indonesia mempunyai corak khas dibandingkan budaya asing tersebut. Corak khas dari budaya tradisional tampil melalui unsur kebudayaan fisik, adanya pranata-pranata dari suatu pola sosial khusus serta adanya perbedaan suatu tema budaya khusus yang dianut masyarakatnya. Hal inilah yang menyebabkan budaya Indonesia lebih mencolok dan dapat dibedakan dari budaya asing lainnya. Nilai-nilai yang terkandung dalam budaya tradisional menekankan untuk terciptanya kesatuan manusia yang merasakan keterikatan oleh keseragaman.

Keterikatan inilah yang nantinya dapat mengontrol cara pemikiran masyarakat untuk terus berada dalam jalur yang sesuai dengan ideologi nasional Indonesia. Sehingga komunikasi antara manusia dan mobilitas manusia yang semakin meluas seharusnya dapat meningkatkan nilai-nilai budaya tradisional.


Beberapa solusi mengantisipasi hal ini adalah :


  • Bersikap kritis terhadap budaya asing yang merusak.
  • Meningkatkan pengetahuan dan teknologi yang disertai peningkatan iman dan takwa.
  • Menumbuhkan rasa nasionalisme yang kuat.
  • Menanamkan dan mengamalkan  ajaran agama.
  • Melaksanakan supremasi hukum.
  • Selektif terhadap segala budaya asing.
Cara ini dapat kita lakukan melalui ceramah, dialog, diskusi maupun penyampaian melalui media elektronik dan media cetak, misalnya :
  • Melalui keteladanan, yaitu memberikan contoh sikap perilaku yang mengutamakan kepentingan nasional sehingga muncul rasa nasionalisme. Contohnya, mengadakan upacara tiap hari Senin atau memberikan penghargaan bagi para penari tradisional.
  • Edukasi, yaitu memberikan pendidikan formal maupun informal kepada seluruh lapisan masyarakat terutama generasi muda. Contohnya, mendirikan ekskul tari tradisional di sekolah.
  • Menciptakan komunikasi demi terciptanya kesatuan pemahaman tentang nilai budaya. Contohnya, mengadakan pertunjukan wayang kulit yang isi ceritanya tentang moral kehidupan.
  • Melaksanakan pengelolaan kebudayaan. Contohnya, mendirikan museum batik yang terdiri dari seluruh hasil karya batik Indonesia.
Dengan antisipasi tersebut, diharapkan nantinya generasi muda akan berminat kepada kebudayaan tradisional ketimbang budaya asing yang kini mulai merusak tata cara pergaulan mereka.

Referensi :
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.
Kamaluddin, Rusman. Modul Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Universitas Gunadarma.

2 comments: