Tuesday, January 17, 2012

Cerpen - Kasih Tak Terungkap

Aku terbangun dari tidur lelapku. Akhirnya sampai juga di rumah Nenek, gumamku dalam hati sambil membenarkan tatanan rambutku yang berantakan. Tubuhku terasa sangat pegal. Tentu saja, perjalanan yang memakan hampir 30 jam antara Depok-Surabaya dengan mobil sangat melelahkan. Sebenarnya tidak selama itu jika berangkat di hari biasa. Maklum saja, perjalanan ini sangat lama karena sesaknya jalan dengan para pemudik saat lebaran kali ini.
 
"Wah, cucu nenek sudah besar ya, tambah cantik!", ujar nenek dengan riang sembari menciumi kedua pipiku sesaat setelah aku mencium tangannya. Aku hanya tersenyum dan segera menuju kamar yang telah dipersiapkan. Lelah sangat mendekapku, namun di balik lelah ini sebenarnya aku sangat bahagia. Ya, aku begitu gembira karena aku mendengar obrolan orangtua dengan nenekku yang berkata bahwa kami akan mengunjungi salah satu saudara kami di daerah Malang. Kebetulan kami memang sudah lama tidak berjumpa sekitar 3 tahun. Tapi yang membuatku senang bukan karena akan bertemu dan bercengkrama dengan keluarga saja, tapi juga karena akan bertemu dengan seseorang yang aku sukai sedari dulu, kak Arya.

Dia adalah sepupuku yang berusia sekitar 5 tahun lebih tua dariku. Dia adalah anak pertama dari 3 bersaudara. Terakhir aku berjumpa dengannya saat dia masih kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Malang. Sifatnya yang dewasa dan selalu perhatian, mampu membuatku merasa tertarik kepadanya. Apalagi senyumannya, aih.. Mampu membuatku terdiam kaku untuk beberapa saat. Hal yang menyenangkan yang aku paling ingat adalah saat dia memainkan gitar sambil menyanyikan lagu Sephia-nya Sheila On 7. Itu pertama kalinya aku mengenal band tersebut dan itulah alasanku menyukai semua lagunya.

Setelah sejenak tersenyum-senyum sendiri, aku pun terlelap kembali dalam balutan selimut yang hangat.

˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙

Pagi ini aku tiba di rumah kak Arya. Segera setelah merapikan baju, aku melihat ke kaca jendela sejenak dan memastikan aku mempunyai senyum terindah saat itu.

"Wah waaah, warga Depok akhirnya datang juga ya. Ayo sini, sini masuk. Maaf nih, rumahnya agak kecil, berantakan pula," ujar seorang wanita yang menyambut kami bersama seorang pria sesaat ayah memarkirkan mobil di pekarangan rumahnya. Mereka adalah orangtua kak Arya. Ibunya merangkulku dan mengajakku masuk, diikuti keluargaku dari belakang.

Setelah bersalaman dengan para anggota keluarga yang lain, aku menyusuri sudut ruang tamu sambil memperhatikan tiap figura foto yang berada di tiap sudut ruangan itu. Namun mataku tertuju pada salah satu foto yang lumayan besar yang terletak di atas salah satu meja. Disitu ada sosok pria dan wanita yang sedang berada di sebuah taman, sambil berpegangan tangan. Ya, itulah kak Arya tapi aku tidak tahu siapa wanita itu, mungkin pacarnya. Ah.. Aku benar-benar merasa sedih.. Tapi rasanya tak ingin melepas pandanganku dari sosoknya, meski hanya dalam foto. Setidaknya ini meredam kekecewaanku karena tak bertemu dengannya saat ini sebab ia sedang dinas ke luar kota dan inilah alasan aku tidak bisa melihat dirinya.

˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙

"Hah.. Masa sih?", ujarku keheranan. Rasanya seperti disambar petir di siang hari. Aku benar-benar tidak percaya apa yang aku dengar selama perjalanan pulang dari Malang. Ibu bercerita bahwa kak Arya sudah menikah setahun yang lalu dan dikarunia seorang bayi perempuan. Pantas saja foto itu selalu teringat dalam pikiranku. Tapi yang membuatku kaget bukan hanya itu, fakta terparahnya adalah kak Arya menderita leukimia dan gagal ginjal! Aku mencengkram ujung bajuku dengan kuat dan menahan untuk tidak menangis. Kalau aku menangis, pasti orangtuaku akan mengetahui apa yang aku rasakan selama ini.

Sakit, hati ini terasa sangat sakit. Entahlah.. Aku merasa sakit tapi aku tidak tahu apa yang sebetulnya menyebabkan perasaan sakit ini, apakah karena ia telah menikah atau karena ia sedang menderita karena penyakitnya.. Tapi yang pasti, saat itu aku benar-benar masih tidak percaya apa yang aku dengar barusan.


˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙

Setahun kemudian aku kembali ke Malang saat hari lebaran. Ini benar-benar momen yang aku tunggu karena kabarnya dia beserta keluarganya akan datang ke rumah nenekku. Aku merasa senang walaupun di saat yang sama aku merasa gugup. Aku sengaja menunggu di depan rumah agar menjadi yang pertama melihat kedatangannya.


Ah, apa itu ya mobilnya, tanyaku dalam hati saat melihat mobil Xenia biru memasuki pekarangan rumah nenekku. Ternyata benar, akhirnya mereka datang. Aku melihatnya dari balik kaca jendela sedang mengendarai mobil tersebut.

Sesaat setelah memarkirkan mobilnya di bawah pohon rambutan samping rumah nenek, dia keluar dari mbil diikuti rombongan keluarganya. Dia datang dengan memakai kemeja biru dan celana panjang hitam. Tubuhnya sangat kurus dan mukanya pucat. Masih jelas dalam ingatanku saat aku kecil dia pernah memintaku untuk memasangkan kancing kemejanya. Aku tahu ia bercanda tapi maklum saat itu aku merasa senang dan segera naik ke atas kursi untuk memasangkan kemejanya karena dia lebih tinggi 2 kali dariku. Sekarang dia benar-benar berubah, lebih tampan dari yang lalu.

"Selamat datang. Ayo, masuk!", ujar keluargaku hampir bebarengan saat keluar menyambut mereka. Aku melihatnya tersenyum gembira sambil menggenggam jemari kecil putrinya yang berjalan tertatih-tatih di tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya dipegang erat oleh istrinya. Yang aku lakukan hanya memandanginya dari kejauhan setelah bersalaman dengannya. Itu karena istri dan anaknya selalu berada di sisinya. Uh.. Setidaknya saat ini lebih baik dari lebaran kemarin karena aku bisa memandangi wajahnya lebih lama, ujarku berbisik.

˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙

Sesaat setelah sampai di rumah dari Surabaya, aku segera merapikan kamar dan bersiap-siap untuk tidur. Betapa kagetnya saat ada pesan singkat dari sepupuku masuk ke ponselku yang berisi,
Achi.. Berita duka untuk semua keluarga besar kita. Sosok yang begitu dewasa, shaleh dan penyayang itu meninggalkan kita selamanya. Ya.. Kak Arya telah meninggal bada' subuh tadi dalam perjalanan ke rumah sakit. Mohon doa semoga almarhum diterima amal ibadahnya di sisi Allah SWT. Tolong kabari keluargamu ya..
Berkali-kali aku membaca sms itu namun tetap saja tidak ada perubahan kata dalam sms itu. Aku terdiam. Tidak terasa tetes mata mengalir dari tiap sudut mataku. Aku merasakan sakit di hatiku. Sangat sakit. Lalu tanpa sengaja aku berucap,
Selamat tinggal kasih tak terungkap..
˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙·٠•●♥˙

Friday, January 6, 2012

Kurangnya Kesadaran Generasi Muda Terhadap Budaya Tradisional dan Solusi Pemecahannya


Tidak terkendalinya aksi imoral yang dilakukan para generasi muda serta pudarnya nilai-nilai budaya tradisional yang dulu dipegang teguh oleh para tetua, cukup memprihatinkan dan mengkhawatirkan. Berbagai faktor menyebabkan generasi muda Indonesia mulai melupakan nilai-nilai tersebut dan penyebab utamanya yaitu masuknya budaya asing dalam kehidupan masyarakat tanpa adanya filterisasi secara seksama.

Pesatnya perkembangan jaman yang disertai perkembangan IPTEK ternyata tidak selamanya menguntungkan bangsa. Melalui inilah budaya asing mulai menyisip masuk dan mengolah cara pikir masyarakat, salah satu target terbesarnya adalah generasi muda. Pemerintah dan generasi muda seharusnya dapat memilih dan memilah sendiri mana yang seharusnya ditinggalkan dan mana yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan, terutama dalam kebudayaan lokal.

Realita sekarang menunjukkan para generasi muda lebih memilih budaya asing disebabkan kurangnya perhatian dari masyarakat untuk terus mempertahankan nilai-nilai tradisional dalam kehidupan. Pendapat yang menyatakan bahwa budaya tradisional dianggap kolot seakan disetujui oleh sebagian besar masyarakat. Inilah yang mengikis budaya tradisional da akhirnya malah dilupakan oleh masyarakat.

Contoh yang dapat kita lihat adalah dari segi berpakaian. Umumnya, generasi muda saat ini lebih mengutamakan kemewahan yang nantinya dapat menunjukkan status social atau kasta mereka masing-masing. Atau contoh lainnya, merebaknya penggunaan internet yang justru dipergunakan sebagai transaksi illegal maupun situs porno yang akibatnya bisa merusak generasi kita. Tidak hanya itu, di berbagai sekolah pun sudah mulai mengganti kegiatan ekstrakurikuler gamelan menjadi ekstrakurikuler band. Juga di saluran televise nasional mulai menghentikan pertunjukan wayang kulit menjadi pertunjukan musik modern. Walaupun begitu, ada juga yang memodernisasikannya dengan kemunculan komedi tradisional modern, misalnya Opera Van Java.

Padahal jika kita menelusuri lebih lanjut, budaya tradisional Indonesia mempunyai corak khas dibandingkan budaya asing tersebut. Corak khas dari budaya tradisional tampil melalui unsur kebudayaan fisik, adanya pranata-pranata dari suatu pola sosial khusus serta adanya perbedaan suatu tema budaya khusus yang dianut masyarakatnya. Hal inilah yang menyebabkan budaya Indonesia lebih mencolok dan dapat dibedakan dari budaya asing lainnya. Nilai-nilai yang terkandung dalam budaya tradisional menekankan untuk terciptanya kesatuan manusia yang merasakan keterikatan oleh keseragaman.

Keterikatan inilah yang nantinya dapat mengontrol cara pemikiran masyarakat untuk terus berada dalam jalur yang sesuai dengan ideologi nasional Indonesia. Sehingga komunikasi antara manusia dan mobilitas manusia yang semakin meluas seharusnya dapat meningkatkan nilai-nilai budaya tradisional.


Beberapa solusi mengantisipasi hal ini adalah :


  • Bersikap kritis terhadap budaya asing yang merusak.
  • Meningkatkan pengetahuan dan teknologi yang disertai peningkatan iman dan takwa.
  • Menumbuhkan rasa nasionalisme yang kuat.
  • Menanamkan dan mengamalkan  ajaran agama.
  • Melaksanakan supremasi hukum.
  • Selektif terhadap segala budaya asing.
Cara ini dapat kita lakukan melalui ceramah, dialog, diskusi maupun penyampaian melalui media elektronik dan media cetak, misalnya :
  • Melalui keteladanan, yaitu memberikan contoh sikap perilaku yang mengutamakan kepentingan nasional sehingga muncul rasa nasionalisme. Contohnya, mengadakan upacara tiap hari Senin atau memberikan penghargaan bagi para penari tradisional.
  • Edukasi, yaitu memberikan pendidikan formal maupun informal kepada seluruh lapisan masyarakat terutama generasi muda. Contohnya, mendirikan ekskul tari tradisional di sekolah.
  • Menciptakan komunikasi demi terciptanya kesatuan pemahaman tentang nilai budaya. Contohnya, mengadakan pertunjukan wayang kulit yang isi ceritanya tentang moral kehidupan.
  • Melaksanakan pengelolaan kebudayaan. Contohnya, mendirikan museum batik yang terdiri dari seluruh hasil karya batik Indonesia.
Dengan antisipasi tersebut, diharapkan nantinya generasi muda akan berminat kepada kebudayaan tradisional ketimbang budaya asing yang kini mulai merusak tata cara pergaulan mereka.

Referensi :
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.
Kamaluddin, Rusman. Modul Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Universitas Gunadarma.

Wednesday, January 4, 2012

Antara Televisi dan Buku, yang Mana?

"Yang tidak diajarkan televisi adalah cara membunuh televisi,"
Taufik Ismail - Malu Aku Jadi Orang Indonesia




Petikan syair dari Taufik Ismail diatas mungkin dapat menjadi pendorong bagi masyarakat, terutama para orangtua untuk memperhatikan dan menyelamatkan anak-anaknya dari bahaya televisi. Memang tidak selamanya program televisi itu merusak mental anak-anak, ada juga yang berisi edukasi. Namun sepertinya jumlah ini kalah saing dibandingkan program televisi yang berisi vulgarisme, seperti kekerasan, pornografi dan gosip. Bahakn lebih parah lagi, sepertinya saat ini beberapa orangtua sudah maklum dan tidak segera mengalihkannya ke program televisi yang lain jika ada adegan seperti itu.


Salah satu koran terbitan Surabaya tahun 2007 bahkan menyatakan bahwa sebagian besar orangtua malah memberikan fasilitas televisi di tiap kamar anaknya demi kenyamanan dan kesenangan anak. Mungkin ada juga yang sudah menambahkan fasilitas berupa CD player atau sebagainya. Mereka mengabaikan moralitas anak yang mungkin mereka tidak sadari.


Padahal telah jelas kita lihat gaya berbahasa, perilaku, serta pemikiran anak-anak yang sudah terkontaminasi oleh program-program yang disiarkan televisi yang kurang baik. Misalnya, tidak jarang ditemui anak-anak seumuran SD saja sudah mengenal istilah pacaran, selingkuhan, TTM, melakukan tindak kekerasan yang berujung kematian antar teman sebayanya, bahkan mereka bisa lebih update mengenai kehidupan artis yang mereka gandrungi saat ini.


Alternatif Lain : Buku?




Sebenarnya tidak masalah jika anak-anak menonton televisi asalkan para orangtua bisa selektif dalam pemilihan program televisi dan batasan waktu menonton. Misal, kartun edukasi, sinetron religisu, ceramah agama, berita atau komedi. Adapun beberapa orangtua justru memilih untuk menghentikannya dan mengalihkannya dengan memberi suapan berupa buku-buku ilmu pengetahuan, majalah, agama dan sebagainya. Hal ini selain bisa menumbuhkan minat belajar pada anak, mereka juga mendapatkan rangsangan untuk otak mereka. 


Maka rawatlah terus minat diri dan keluarga dalam membaca dan mengakrabinya. Seperti yang pernah Allah katakan dalam surat cintanya,
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan."
(QS. Al-Alaq : 1)


Referensi :
Buletin Jum'at TABLIGH. No. 146 Tahun IV. 5 Februari 2010.


Sumber Gambar :
http://www.google.co.id/imgres?q=televisi&um=1&hl=id&sa=N&biw=1280&bih=709&tbm=isch&tbnid=QIwEb8air0YsBM:&imgrefurl=http://kapita-fikom-915080035.blogspot.com/2011/05/television-is-your-partner-oleh-dr.html&docid=lKHTzbIb_4UL8M&imgurl=https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhg_M0Q-_8D4g20-pOUpfmMadWiD3Qs87FKH4hTTiTPAkjQKGXcGB_5V_MGNinSU_ZIjGS8CZwo5-aN3Tr4_ZThRX97Tao4vi9N27clesdzZKGXKC1n4i0W-upWTU3_Bw34uLOCvpn_tk8/s1600/12547-televisi.jpg&w=400&h=326&ei=jEMET4-IDtDJmAXI6bG8Dw&zoom=1
http://www.google.co.id/imgres?q=BUKU&um=1&hl=id&biw=1280&bih=709&tbm=isch&tbnid=tJ_CZq6lzlgXBM:&imgrefurl=http://putra-piliang.blogspot.com/2009/12/cara-mudah-pasang-banner-gerakan-hibah.html&docid=7GCt5Tpp3cGnLM&imgurl=https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWaJwoQ_0Qdj3lIxvkUtQOJ7KXErNTaTVk9FJKDEKnGaZMiF-ZMdP89kheJ6YFn5eaJ9Nr57a7ILNioTK3-PTje99KQdf5nElY6EnA8A50eFMpAMnCfkmjWbvCZ87KEFLaobID53ppA_EP/s1600/satu%252Bjuta%252Bbuku.jpg&w=586&h=500&ei=7EMET7OaEqyJmQXq6sz4Cg&zoom=1

Monday, January 2, 2012

Peran Mahasiswa dalam Pembentukan Masyarakat Islami

Tanggal 11 Desember 2011 lalu, saya mengikuti sebuah seminar Peran Mahasiswa dalam Pembentukan Masyarakat Islami yang diselenggarakan oleh HASMI (Harakah Sunniyah Untuk Masyarakat islami) di gedung pusat studi jepang, UI Depok. Dalam seminar tersebut, pembicara memberikan banyak penjelasan yang insyaAllah sangat bermanfaat untuk para mahasiswa dalam menerapkan ajaran Islam di kehidupannya. Berikut ini saya akan membahas ulang tentang hasil seminar tersebut.


Pertama-tama, kita buka surat Al-Baqarah ayat 128,
"Ya Tuhan, jadkanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibdah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Ynag Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."
Sesuai dengan arti dari surat tersebut, dapat kita tarik kesimpulan bahwa masyarakat islami adalah individu maupun kelompok yang bersatu dengan ketaatan kepada aturan-aturan Allah. Sedangkan masyarakat yang tidak islami adalah individu maupun kelompok yang ingkar dan tidak taat kepada aturan-aturan Allah.


Saat ini masyarakat mulai terlena oleh peradaban asing yang sebenarnya membawa beberapa dampak buruk jika masyarakat tidak memulai untuk mencegah dan menyaringnya. Salah satu hal yang mulai memburuk saat ini adalah tentang kesetaraan gender. Menurut beberapa orang, kesetaraan gender merupakan tidak adanya perbedaan antara wanita dan pria, mereka dianggap sama. Padahal dalam agama Islam dijelaskan bahwa adanya batasan-batasan yang sangat jelas diantara keduanya.


Memang, persamaan antara wanita dan pria adalah seimbang dalam menerima rahmat-Nya atas ibadah yang telah mereka lakukan. Semua manusia di hadapan Allah adalah sama, kecuali dalam amalnya. Jika si wanita menunaikan ibadah haji sesuai ketentuan, maka sama halnya dengan pria yang menunaikan ibadah haji sesuai ketentuannya. Tidak ada yang bisa menilai, kecuali Allah.


Sedangkan perbedaannya adalah peran dalam masyarakat. Contoh kecilnya adalah wanita yang mengurus rumah tangga, pria yang mencari nafkah. Walaupun dalam kehidupan sehari-hari kita jumpai masih ada wanita yang mencari nafkah, namun hal ini haruslah masih ada dalam batasan tertentu karena memang pria yang seharusnya membanting tulang demi sesuap nasi untuk keluarganya, kecuali ada alasan-alasan yang jelas.


Hal ini yang seharusnya dapat membuat kita berpikir dan bertindak cepat dalam menerapkan ajaran Islam dalam masyarakat. Dalam pembentukan masyarakat islami, dibutuhkan berbagai proses yaitu :


  • Kesadaran diri dan masyarakat untuk menerima syariat Islam.
  • Menerapkan syariat Islam kepada diri sendiri terlebih dahulu.
  • Dalam urusan berumah tangga, pilihlah calon yang baik agamanya.
  • Mengurus dan membina keluarga sesuai tuntunan syariat Islam.
  • Mengenalkan serta berdakwah kepada masyarakat tentang Islam dan seluk beluknya.
  • Menerapkan syariat kepada masyarakat.


Strategi penerapan syariat yang dapat kita lakukan yaitu :


  • Berdakwah menggunakan berbagai macam media.
  • Berdiskusi dan bertoleransi (namun tidak toleransi dalam hal-hal berbau prinsip).
  • Parlementer merupakan strategi yang kurang tepat.
  • Yang terakhir adalah jihad, namun hal ini dilaksanakan jika negara dalam kondisi terdesak. Misalnya perang.


Jika kita dapat segera merealisasikannya dalam kehidupan diri sendiri, lalu keluarga, maka nantinya akan lebih mudah dalam menerapkannya di masyarakat. Sehingga terciptalah masyarakat Islami yang benar-benar taat kepada perintah-Nya. Semoga bermanfaat, aaamiin.

♥●•٠·˙ Ukhuwah Islamiyyah ˙·٠•●♥

(Lagi-lagi) saya menuliskan artikel yang saya dapatkan dari kajian beberapa tahun yang lalu yang masih tercatat rapi di buku. Kali ini saya akan membahas tentang Ukhuwah Islamiyyah.


Menurut Hasan Albanna, ukhuwah islamiyyah adalah keterikatan hati dan jiwa dengan ikatan aqidah berdasarkan syariat islam. Ukhuwah islamiyyah juga merupakan jalinan yang dibangun berdasarkan kecintaan kepada Allah swt, Islam dan Rasul-Nya.


Nah, untuk menguatkan ukhuwah islamiyyah ada banyak cara, yaitu :

  • Memberitahukan kecintaan kepada yang dicintainya.
  • Memohon dido'akan saat berpisah.
  • Menunjukkan kegembiraan dan senyuman saat berjumpa. Hal ini pasti lebih baik daripada saat kita bertemu seseorang dan ia cemberut tanpa alasan yang jelas.
  • Bersilahturahmi.
  • Saling memberi hadiah.
  • Memperhatikan saudara dan saling membantu dengan ikhlas.
  • Memenuhi hak ukhuwah.
  • Mengucapkan selamat saat saudara lain berbahagia.

Pada poin kelima, disebutkan tentang memenuhi hak ukhuwah. Hak ukhuwah terdiri dari 6 hak muslim kepada muslim lainnya, yaitu :

  • Mengucapkan salam dan wajib membalas salam.
  • Jika ada saudara yang mengundang, maka penuhi dan dihadirilah undangan tersebut.
  • Jika ada saudara yang minta dinasehati, maka nasehatilah dengan kata-kata yang baik.
  • Jika ada saudara yang sakit, maka jenguklah ia dan doakanlah agar Allah memberikah kesembuhan serta kesehatan padanya. Hal ini juga bisa memberikannya kebahagiaan.
  • Jika ada saudara yang bersin dan membaca hamdalah, maka doakanlah ia.
  • Jika ada saudara yang meninggal, maka mandikan, sholatkan dan antarkanlah ke kubur.

Hasil yang kita terima saat menjalin ukhuwah islamiyyah banyak sekali, beberapa diantaranya yaitu :

  • Merasakan lezatnya iman.
  • Mendapatkan perlindungan Allah di hari kiamat.
  • Mendapatkan tempat khusus di surga.

Semoga artikel ini bermanfaat. Aaamiin.


Sumber Gambar :
http://www.google.co.id/imgres?q=ukhuwah+islamiyah&um=1&hl=id&sa=X&biw=1280&bih=709&tbm=isch&tbnid=dp1fj2f3qdTmMM:&imgrefurl=http://kalamsangpencinta.blogspot.com/2011/01/ukhuwah-islamiyah.html&docid=eqc1a6WPLNXHlM&imgurl=https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKxWJiwSK4VufxT3QLgkmXhYZdoxLryryOyijrSKcSFceZM2v5A01YttNg9sTKQ2XeixX8vy1exXcEL4I9kCVxxuTMCSOCi_v2Fc5NP_LYrEunPhe5eaGsmp9i07BjaX7zqe1PLynnjqE/s320/ukhuwah1.jpg&w=320&h=249&ei=F7UBT5i4HYuWmQXYv6iXAg&zoom=1